Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Simpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

    Pendidikan Zaman Kolonial

    Pada tahun 1854 beberapa bupati menginisiasi pendirian sekolah-sekolah kabupaten yang bertujuan untuk mendidik calon-calon pegawai. Kemudian di tahun yang sama, lahirlah sekolah-sekolah Bumi Putera yang hanya mempunyai 3 kelas. Rakyat hanya diberikan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung seperlunya saja dan hanya mendidik orang-orang pembantu untuk mendukung usaha dagang mereka. Hingga pada tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta sebagai sebuah gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Anak-anak dari semua kalangan dapat bersekolah di Taman Siswa. Sekolah ini mempunyai semboyan, Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan/contoh),  Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan)”.

    Proses pembelajaran di Taman Siswa menyatukan metode Montessori dan Frobel, yaitu dengan mengonsentraikan pelajaran panca indera dan permainan.

    Ki Hadjar Dewantara

    Ki Hadjar Dewantara

    Ki Hadjar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada tanggal 2 Mei 1889. Ia dibesarkan di lingkungan keraton Pakualam di Yogyakarta. Ia sempat kuliah di Sekolah Dokter Pribumi. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan. 

    Sejak muda, ia sudah berani menentang pemerintah Kolonial Belanda. Bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo mendirikan  Indische Partij pada tahun 1912, yang bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka. Akibat kritiknya pada Pemerintah Belanda dalam tulisan "Seandainya Aku Seorang Belanda", Ki Hadjar diasingkan ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo membela Ki Hadjar, hingga mereka bertiga diasingkan ke negeri Belanda. 

    Masa pengasingan di Belanda, dimanfaatkan Ki Hadjar untuk mendalami dunia pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1919 ki Hadjar kembali ke Indonesia dan terus mengkritik pemerintah Belanda melalui tulisan-tulisannya. Hal ini membuat ia sering keluar masuk penjara. 

    Setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno mengangkat Ki Hadjar sebagai Menteri Pendidikan pertama Indonesia dan saat ini tanggal lahir beliau dipakai untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional.

    Azas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

    Ki Hadjar Dewantara membedakan pendidikan dan pengajaran untuk memahami arti dan tujuan pendidikan. Pengajaran adalah proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan bertujuan untuk memberikan tuntunan terhadap semua kekuatan kodrat yang dimiliki oleh anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat

    Pendidikan merupakan tempat penyemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab, maka pendidikan yang bermutu adalah kuncinya.

    Dasar-Dasar Pendidikan

    Untuk mencapai tujuan pendidikan, guru dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. 

    Untuk itu, Ki Hadjar Dewatara mengibaratkan peran guru sebagai seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak diibaratkan seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh Pak Tani di lahan yang telah disediakan. Misalnya Pak Tani menanam biji kacang tanah di tempat yang subur dengan sinar matahari dan pengairan yang baik, maka meskipun bibit kacang tanah kurang berkualitas tetap dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari Pak Tani. 

    Demikian sebaliknya, walaupun bibit kacang tanah yang disemai adalah bibit yang berkualitas, tetapi jika ditanam di tanah yang gersang, tidak mendapatkan sinar matahari dan pengairan, serta tangan dingin Pak Tani, maka Kacang Tanah itu mungkin tumbuh, tetapi tidak optimal.

    Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

    Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam (sifat dan bentuk lingkungan anak) dan kodrat zaman (isi dan irama). Anak-anak hendaknya dididik sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya sendiri.

    Budi Pekerti

    Ki Hadjar Dewantara juga menjelaskan tentang Budi Pekerti sebagai perpaduan antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak hingga menimbulkan tenaga. Budi Pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (afektif), sehingga menciptakan karya (psikomotor). Sedih dan bahagia merupakan perpaduan harmonis antara  cipta dan karsa.

    Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik dalam melatih pendidikan sosial dan karakter/budi pekerti anak. Untuk itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak. 

    Simpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

    1. Pengajaran adalah bagian dari pendidikan
    2. Trilogi Pendididikan, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan/contoh),  Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan)”
    3. Guru hendaknya menuntun anak berdasarkan kodrat alam dan kodrat zamannya.
    4. Tujuan pendidikan menjadi anak manusia seutuhnya.
    5. Anak bukan kertas kosong, ia terlahir dengan kodrat yang masih samar-samar, guru bertugas menebalkannya.
    6.  Pendidikan merupakan tempat penyemaian benih-benih kebudayaan
    7. Perubahan dalam pendidikan mencakup budi pekerti (Cipta, Rasa, dan Karya)
    8. Guru hendaknya berhamba pada anak dengan selalu memperhatikan kebutuhan anak dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
    9. Tri sentra pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
    Sumber: Modul 1.1 Guru Penggerak.

    I Wayan Ardika
    I Wayan Ardika Saya adalah Seorang Guru Sekolah Dasar yang bertugas di Kab. Jembrana, Bali. Melalui Blog ini, saya ingin terus belajar sambil berbagi.

    4 comments for "Simpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara"